DEMAK, KOMPAS.com
- Anggota Komisi A DPRD Demak, Jawa Tengah, Safii Afandi, mempertanyakan efektivitas program kokurikuler yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Menurut Safii, tidak semua daerah cocok menerapkan program itu.Di wilayah Demak, misalnya, sudah ada ratusan madrasah diniyah setingkat SD hingga SMA dengan waktu penyelenggaraanpukul 14.00 hingga 17.00 WIB.
Madrasah-madrasah tersebut memiliki guru dan kurikulum yang keberadaannya juga sudah mulai mapan.
Safii berpendapat, jika siswa diwajibkan berada di sekolah hinggasore, maka hal itu berisiko mematikan keberlangsunganpendidikan berbasis agama di Demak.
"Gagasan Mendikbud itu Jelas akan membunuh madrasah milikwarga Nahdliyin. Di Demak jumlahnya ratusan madrasah," kata Safii, Selasa (9/8/2016).
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu mempertanyakan nasibguru-guru madrasah diniyah seandainya kokurikuler jadidilaksanakan.
Secara terpisah, Ketua Komunitas Rumah Kita (Koruki) DemakKusfitria Marstyasih berpendapat bahwa jika anak terlalu lama disekolah, maka siswa akan kehilangan banyak momentum berharga dengan keluarganya.
Menurut Kusfitria, pembentukan karakter utama bagi anaksebetulnya berasal dari keluarga.
"Anak-anak akan banyak kehilangan sentuhan keluarga jika terlalulama berada di luar rumah," kata dia.
Hal sebaliknya disampaikan oleh Nalendra. Siswa kelas VI SDKarangsari 1 Demak itu merasa akan senang jika seharian berada di sekolah sebab semakin banyak waktu bersosialisasi denganteman-temannya. Ia juga senang karena bisa libur dua hari diakhir pekan.
No comments:
Post a Comment